Realitas Sosial Dalam Novel “Sang Pencerah” Karya Akmal Nasery Basral

Watik, Handayani (2014) Realitas Sosial Dalam Novel “Sang Pencerah” Karya Akmal Nasery Basral. Other thesis, STKIP PGRI Sumenep.

[img]
Preview
Text (Cover)
cover.pdf

Download (1MB) | Preview
[img]
Preview
Text (Abstrak)
ABSTRAK.pdf

Download (1MB) | Preview
[img]
Preview
Text (Daftar Isi)
DAFTAR ISI.pdf

Download (1MB) | Preview
[img] Text (BAB 3)
BAB 3.pdf
Restricted to Registered users only

Download (1MB) | Request a copy
[img] Text (BAB 2)
BAB 2.pdf
Restricted to Registered users only

Download (1MB) | Request a copy
[img]
Preview
Text (BAB 1)
BAB 1.pdf

Download (1MB) | Preview
[img] Text (BAB 4)
BAB 4.pdf
Restricted to Registered users only

Download (1MB) | Request a copy
[img]
Preview
Text (Daftar Pustaka)
DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (1MB) | Preview
[img]
Preview
Text (BAB 5)
BAB 5.pdf

Download (1MB) | Preview

Abstract

ABSTRAK Handayani, Watik. 2014. Realitas Sosial Dalam Novel “Sang Pencerah” Karya Akmal Nasery Basral. Pendidikan Sastra Dan Bahasa Indonesia. STKIP PGRI Sumenep. Pembimbing I : Drs.Nanang Pangayoman, M.Si, Pembimbing II : Asmoni, M.Pd Kata Kunci : Realitas, sosial Sastra merupakan institusi sosial yang memakai medium bahasa. Umumnya, sastra merupakan pesona bahasa yang lahir dari gagasan, ide-ide, dan pemikiran manusia. Sastra dan realitas sosial masyarakat menjadi dua hal yang tidak dapat dipisahkan karena sastra diproduksi dan distrukturasi dari berbagai perubahan realitas tersebut. Realitas pada sastra merupakan suatu cara pandang penciptanya dalam melakukan pengingkaran atau pelurusan atas realitas sosial yang melingkupi kehidupannya. Sesuai dengan judul yang diambil oleh peneliti, penulisan skripsi ini bertujuan memperoleh gambaran bagaimana realitas sosial yang terdapat dalam novel Sang Pencerah karya Akmal Nasery Basral. Realitas sosial dalam novel “Sang Pencerah” karya Akmal Nasery Basral, adalah sebuah penelitian yang dilatarbelakangi oleh sebuah konflik kenyataan dalam beragama. kenyataan kehidupan yang keras dalam memegang teguh sebuah prinsip dan keyakinan hidup Kiai Dahlan yang pada akhirnya dianggap sebagai orang gila dan keluar dari ajaran Islam. Kemudian berkat dorongan dari Organisasi Budi Utomo, Kiai Dahlan dapat mendirikan sebuah organisasi yang bernama Muhammadiyah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang mengadakan penelitian pada konteks dari suatu kebutuhan sebagaimana adanya (alami) berdasarkan empiris tanpa dilakukan perubahan dan interfersi oleh peneliti. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian mengungkapkan realitas sosial yang ada dalam novel Sang Pencerah yang didalamnya terjadi konflik sosial antar dirinya dengan pemuka agama lainnya dalam urusan agama. Diawali konflik tersebut berawal dari Dahlan yang pergi ke rumah yasinan temannya dan mendengarkan pembicaraan ibunya dengan salah satu orang yang sudah meminjamkan uang untuk kebutuhan acara di rumahnya tersebut. Dan pada saat itulah, Dahlan berpikiran untuk apa acara yasinan tersebut diadakan apabila merepotkan keluarga. Bukan hanya itu saja, Dahlan juga ingin mengubah arah kiblat di Masjid Gedhe yang dianggap melenceng dari arah barat. Namun, sebagai salah satu pewaris orang terkemuka di desa Kauman, Dahlan mendapatkan banyak penolakan dan rintangan dalam usahanya tersebut. Sehingga dia dianggap sebagai seorang kiai yang keluar dari Islam karena telah berupaya mau mengubah arah kiblat yang telah ada sejak dia belum lahir. Kiai Dahlan mencoba memberikan pencerahan dan perubahan terhadap ajaran agama Islam tanpa melenceng dari dasar-dasar Islam. Upaya-upaya dilakukan Kiai Dahlan diakui warga masyarakat Kauman telah keluar dari aturan-aturan dalam Islam. Beliau juga telah dianggap seperti orang gila. Namun dari usaha tersebut, Kiai Dahlan mengalami banyak ketidaksetujuan dan hal-hal yang sudah diluar akal kemanusiaan. Kiai Dahlan harus melawan banyak pemuka-pemuka Kauman yang menentang ajaran baru yang dilakukannya. Berkat dukungan Sultan Hamengkubuwono dan Organisasi Budi Utomo, Kiai Dahlan mendirikan Gerakan Muhammadiyah. Meskipan banyak yang menentang berdirinya gerakan tersebut, Kiai Dahlan tetap menjalankan gerakan tersebut sampai saat sekarang. Begitu juga di daerah Sumenep terdapat sekolah Muhammadiyah. Selanjutnya, peneliti berharap dengan penelitian ini semoga dapat dijadikan bahan acuan dengan perbandingan untuk penelitian setelah ini terutama yang berhubungan dengan masalah kehidupan sosial.

Item Type: Thesis (Other)
Uncontrolled Keywords: Realitas, sosial
Subjects: L Education > L Education (General)
Divisions: Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Depositing User: Mufti Syaifuddin
Date Deposited: 18 Jul 2018 02:52
Last Modified: 18 Jul 2018 02:52
URI: http://repository.stkippgrisumenep.ac.id/id/eprint/169

Actions (login required)

View Item View Item